How do i
Get through one night without you
If I had to live without you
What kind of life would that be?
Oh I need you in my arms
Need you to hold
You’re my world my heart my soul
If you ever leave
Baby you’d take away everything good in my life
Without you
There’d be no sun in my sky
There would be no love in my life
There would be no world left for me
And I
Baby I don’t know what I would do
I would be lost if I lost you
If you ever leave
Baby you would take away everything real in my life
And tell me now
How do I live without you
I want to know
How do I breathe without you
If you ever go
How do I ever, ever survive
How do i
How do i
O… how do I live?
Bait lagu di atas merupakan sebuah tembang berjudul “How do I” yang
dipopulerkan oleh Trisha Yearwood dan Leann Rimes. Terus terang lagu ini adalah lagu favorit
saya dari sejak zaman SD. Lagu yang enak didengar dan tak membosankan, liriknya
juga dalam. Intinya lagu tersebut tentang “Seseorang yang tak bisa hidup tanpa
kekasihnya…. Saking cintanya”. Dan karena lagu inilah saya menjadi terinspirasi
untuk menulis artikel ini Please don’t say : “Aku tak bisa hidup tanpamu”.
Jujur saja kawan salah satu kalimat yang paling tidak ku sukai dalam
hidup saya adalah “Aku tak bisa hidup tanpamu”.
Loh…. Katanya tadi “How do I”
lagu favorit saya. Kok saya malah ga suka dengan orang yang ngomong “Aku tak bisa
hidup tanpamu”.
Hehehe… di situlah anehnya Nunu…. Saya juga ga ngerti tentang diriku
ini… terkadang ironis…
Ok… lanjut ya …
Saya eneg dan mau muntah rasanya jika ada seorang cowok (sebut saja
mantan saya) yang mengatakan “Sayang, aku tak bisa hidup tanpamu” (ckckckckck…
mulai dech jadi raja gombal wanna be) ataukah ada seorang sahabat yang menelpon
ku tengah malam, curhat sambil nangis karena diputusin sama pacarnya dan mengatakan
padaku sambil terisak “nu… aku tak bisa hidup tanpa dia, lebih baik aku mati
saja” (OMG…. Kau terlalu naïf kawan).
Apa iya sih, kalau kita mencintai seseorang kita tak kan bisa hidup
tanpa dia?
Cerita pengalaman pribadi sih, saya juga pernah beberapa kali jatuh
cinta, dan juga pernah beberapa kali putus cinta. (Itu zaman jahiliyah saya)
Flash back ke zaman jahiliyah saya yach…
Jatuh cinta itu memang indah, berjuta rasanya, seakan dunia ini milik
berdua, bahkan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, saking megahnya rasa cinta
itu.
Tapi saya mencoba memanage rasa cinta itu jangan sampai menjadi teramat
sangat (takut kebablasan sehingga menyerahkan segalanya ataukah bisa berujung
kecewa)
“Jangan terlalu mencintai seseorang karena mungkin saja dia akan menjadi orang yang kamu benci, dan janganlah terlalu membenci seseorang karena mungkin saja dia akan menjadi orang yang kamu cintai”
Cinta dan benci itu beda tipis kawan… ^_^
Putus cinta rasanya sakit banget, rasanya hati ini bagai diiris sembilu,
perlu berhari-hari ataupun berminggu-minggu untuk bersahabat dengan kesedihan, duka
nestapa, kekecewaan, dan airmata.
Memang sih beberapa hari atau beberapa minggu rasanya hampa. (Itu kan
karena kita sudah terbiasa dengan si dia, bukan berarti kita tak bisa hidup
tanpa dia kan) kita hanya perlu beradaptasi saja dengan hidup kita yang baru
tanpa kehadiran dirinya yang dulu mengisi hari-hari kita.
Ok… sudah ya share pengalamannya…. Kembali ke laptop
Berbicara tentang kalimat “Aku tak bisa hidup tanpamu” benar-benar
sungguh lebay…. Dasar alay hehhhee…
Lucu, terlalu naïf, dan cengeng rasanya. Loh kok kita tidak bisa hidup
tanpa dia setelah dia pergi? Bukannya sebelum kamu mengenalnya kamu juga hidup
dengan baik, bahkan jauh lebih baik. Kok tiba-tiba setelah mengenalnya dan sayang sama dia, kita
menjadi amat sangat tergantung sama dia bahkan katanya “tak bisa hidup dan
bernafas tanpa dia (separuh nafasku hanyalah untuk mu hahahahahayyyy ampun DJ)
makanya saya eneg dengan kalimat itu. Ditambah lagi mendengarkan lagu mellow…. Seperti
tembang diatas (how do i) ataupun lagu cengeng lainnya makin mengharu birulah
perasaan kita.
Kawan… dimana Tauhid kita??? Dimana kata laa ilaha illallah yang sering
kita ucapkan??? Apa aplikasi sholat kita selama ini??? Apa Cuma sekedar ritual
saja???
Siapa sih yang menghidupkan kita??? Siapa yang memberikan nafas??? Mengapa
begitu kita jatuh cinta kita jadi melupakanNya???
Allah lah yang menghidupkan kita, memberi kita nafas, dan memberi
kebahagiaan, mengapa kita tega menduakanNya bahkan melupakanNya. Mengganggap
kekasih kita adalah satu-satunya pemberi hidup, pemberi nafas bagi kita, dan
yang bisa memberi kita kebahagiaan yang hakiki.
Sadarlah kawan… Cinta kepada yang belum menjadi muhrim kita adalah
sebuah lingkaran setan yang telah menyesatkan kita. Setan membuat segalanya
indah, meniupkan godaan cinta yang membuat hati dan pikiran kita terbelenggu.
Menjerumuskan kita mendekati zina bahkan banyak yang tergelincir dalam
perbuatan zina.
Memang jika kita sudah masuk kedalam lingkaran setan yang bernama “cinta
kepada yang bukan muhrim” sulit untuk keluar dari belenggu itu. Tapi percayalah
hidayah itu akan datang bagi orang-orang yang menginginkannya. Berdoalah kepada
Allah agar kita bisa keluar dari lingkaran setan itu dan berusahalah untuk
keluar dari belunggu cinta itu. Insya Allah, Allah akan menuntunmu ke jalan yang benar. Cinta kepada Allah itu jauh lebih menenangkan dan lebih membahagiakan.
Kawan... Persembahkanlah cintamu yang utuh dan suci itu kepada pasangan hidupmu kelak yang sudah halal tentunya.
So... Please Don't Say "Aku Tak Bisa Hidup Tanpamu" Anymore.... ^_^