"Jangan pasang keinginan terlalu tinggi dan jangan menaruh harapan terlalu banyak"
(Dahlan Iskan)
Membaca salah satu artikel Bapak Dahlan Iskan "Pengalaman Pribadi Menjalani Transpalantasi Liver" membuatku berpikir beberapa hari ini tentang berbagai teori-teori tentang mimpi/cita-cita baik yang saya baca maupun yang saya dengar. Melalui tulisan ini saya ingin memaparkan teori-teori tersebut dan bagaimana sudut pandang saya tentang teori-teori mimpi itu.
Dalam artikel tersebut Pak Dahlan Iskan menuturkan "Saya sudah biasa dengan sikap untuk tidak berharap banyak pada apa pun dan pada siapa pun. Ini, menurut pendapat saya, baik. Karena akan membuat saya merasa lebih bahagia. Setidaknya tidak akan membuat saya terlalu kecewa".
Membaca salah satu artikel Bapak Dahlan Iskan "Pengalaman Pribadi Menjalani Transpalantasi Liver" membuatku berpikir beberapa hari ini tentang berbagai teori-teori tentang mimpi/cita-cita baik yang saya baca maupun yang saya dengar. Melalui tulisan ini saya ingin memaparkan teori-teori tersebut dan bagaimana sudut pandang saya tentang teori-teori mimpi itu.
Dalam artikel tersebut Pak Dahlan Iskan menuturkan "Saya sudah biasa dengan sikap untuk tidak berharap banyak pada apa pun dan pada siapa pun. Ini, menurut pendapat saya, baik. Karena akan membuat saya merasa lebih bahagia. Setidaknya tidak akan membuat saya terlalu kecewa".
Di Novelnya pun "Sepatu Dahlan" beliau memiliki mimpi yang sederhana yaitu sepasang sepatu dan sepeda.
Begitu pula saat membangun Jawa Post target beliau hanya bagaimana Jawa Post bisa memiliki oplah separuh dari Surabaya Post. Ketika target itu terwujud Pak Dahlan Iskan mulai meningkatkan targetnya secara bertahap.
Ini sejalan dengan nasehat kakak sepupu saya "Kita bisa saja mempunyai mimpi setinggi langit, tapi kita harus memulainya dengan mimpi-mimpi yang membumi"
Artinya kita harus memulainya dengan sesuatu yang sederhana, yang dapat kita jangkau, yang dapat dengan mudah kita melakukannya. Seperti anak tangga kita menaikinya langkah demi langkah dengan sungguh-sungguh (Man jadda Wa jada)
Berbeda lagi dengan teori mimpi ala Andrea Hirata. Dalam dua novelnya yang menjadi favorit saya "Sang Pemimpi" dan "Edensor". Letupan mimpi-mimpi dua orang anak melayu Ikal dan Arai benar-benar menginspirasiku. Mimpi-mimpi bagi kebanyakan orang adalah sesuatu yang sulit bahkan tak mungkin "Bagai punuk merindukan bulan" tapi mereka mematahkan ketidakmungkinan tersebut, mereka mewujudkannya.
"Murid-muridku, berkelanalah, jelajahilah Eropa, jamah Afrika, dan temukan mozaik nasibmu di pelosok-pelosok dunia. Tuntut ilmu sampai ke Sorbonne di Prancis, saksikan karya-karya besar Antoni Gaudi di Spayol. Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu"
(Edensor - Andrea Hirata)
Teori tentang mimpi ala Andrea Hirata ini berbanding lurus dengan nasihat Ibu saya "Jangan pernah takut untuk bermimpi, karena Tuhan akan mengabulkan mimpi tersebut".
Satu lagi teori tentang mimpi yang diungkapkan oleh Dosen saya "Kita harus memasang target yang tinggi terhadap impian kita, jika kita gagal mencapai target tersebut kita bisa menurunkan target tersebut satu level dibawahnya"
Terus terang teori mimpi/cita-cita yang dituturkan Dosen saya tersebut belum bisa diterima oleh logika berpikir saya. Ibaratkan kita menaiki tangga untuk menggapai puncaknya kita tidak mungkin langsung naik ke atas, pakai apa? terbang? lalu begitu hampir menggapai puncak kita turun/berjalan mundur menuruni anak-anak tangga tersebut dan akhirnya kita terjatuh karena berjalan mundur.
"Mimpi", di artikel ini saya lebih sering memakai kata "mimpi" begitu pun dengan nama blog ini Nunu Sang Pemimpi. Bagi sebagian orang makna mimpi itu terkesan negatif yaitu hanya angan-angan atau khayalan belaka. Tapi dalam kamus saya kata-kata "Mimpi", "Impian", "Cita-Cita" memiliki arti yang sama (Sinonim) yang memiliki makna keinginan / tujuan / harapan hidup yang hendak dicapai.
Teori tentang mimpi ala Andrea Hirata ini berbanding lurus dengan nasihat Ibu saya "Jangan pernah takut untuk bermimpi, karena Tuhan akan mengabulkan mimpi tersebut".
Satu lagi teori tentang mimpi yang diungkapkan oleh Dosen saya "Kita harus memasang target yang tinggi terhadap impian kita, jika kita gagal mencapai target tersebut kita bisa menurunkan target tersebut satu level dibawahnya"
Terus terang teori mimpi/cita-cita yang dituturkan Dosen saya tersebut belum bisa diterima oleh logika berpikir saya. Ibaratkan kita menaiki tangga untuk menggapai puncaknya kita tidak mungkin langsung naik ke atas, pakai apa? terbang? lalu begitu hampir menggapai puncak kita turun/berjalan mundur menuruni anak-anak tangga tersebut dan akhirnya kita terjatuh karena berjalan mundur.
"Mimpi", di artikel ini saya lebih sering memakai kata "mimpi" begitu pun dengan nama blog ini Nunu Sang Pemimpi. Bagi sebagian orang makna mimpi itu terkesan negatif yaitu hanya angan-angan atau khayalan belaka. Tapi dalam kamus saya kata-kata "Mimpi", "Impian", "Cita-Cita" memiliki arti yang sama (Sinonim) yang memiliki makna keinginan / tujuan / harapan hidup yang hendak dicapai.
Dalam bahasa Inggris pun "Dream" artinya sama dengan mimpi atau impian.
Mimpi, impian, cita-cita atau apapun istilahnya setiap orang pasti memiliki harapan untuk memiliki/meraih sesuatu yang diinginkan ataukah tujuan hidup yang hendak dicapai agar memiliki masa depan yang jauh lebih baik.
Dari berbagai teori mimpi diatas, dan juga dari dua novel inspiratif tersebut yang bermula dari sebuah mimpi "sederhana" ataupun mimpi "setinggi langit". Saya pun menarik sebuah benang merah :
Tak peduli sesederhana apapun mimpi kita, setinggi langitkah mimpi kita, dan berbagai teori tentang mimpi tersebut satu hal yang paling penting dari semua itu adalah SEKERAS apakah USAHA/AKSI yang kita lakukan untuk meraih mimpi tersebut. Karena tanpa usaha / kerja keras yang dibarengi dengan kesungguhan dan doa, mimpi itu hanya akan menjadi bunga tidur saja.
Mimpi, impian, cita-cita atau apapun istilahnya setiap orang pasti memiliki harapan untuk memiliki/meraih sesuatu yang diinginkan ataukah tujuan hidup yang hendak dicapai agar memiliki masa depan yang jauh lebih baik.
Dari berbagai teori mimpi diatas, dan juga dari dua novel inspiratif tersebut yang bermula dari sebuah mimpi "sederhana" ataupun mimpi "setinggi langit". Saya pun menarik sebuah benang merah :
Tak peduli sesederhana apapun mimpi kita, setinggi langitkah mimpi kita, dan berbagai teori tentang mimpi tersebut satu hal yang paling penting dari semua itu adalah SEKERAS apakah USAHA/AKSI yang kita lakukan untuk meraih mimpi tersebut. Karena tanpa usaha / kerja keras yang dibarengi dengan kesungguhan dan doa, mimpi itu hanya akan menjadi bunga tidur saja.
"Hanya desain-desain kecil yang saya buat tapi saya wujudkan dengan konstan/istiqomah"
(Dahlan Iskan)
12 comments
Kata orang.. semua berawal dari Impian.. namun endingnya tergantung dari usaha dan strategi kita untuk memwujudknnya.
ReplyDeletebetul...betul... betul...
DeleteHabis membaca Edensor dan Sang Pemimpi memang benar-benar menyentak keberanian kita untuk bermimpi. Kalau yang Sepatu Dahlan saya belum baca, habis membaca sedikir review Mbak Nunu jadi pengen baca juga saya,
ReplyDeleteIya sepatu dahlan n sang pemimpi mmg novel yg inspiratif...
DeleteKayaknya tergantung karakter orangnya saja, lebih cocok sama definisi/teori mimpi yang mana.
ReplyDeleteKalo saya cocok dengan pak Dahlan :)
iya kak.... tergantung orangx... yg penting utk meraih impian tersebut hrs dgn usaha keras
Deleteapapun teori mimpi yang kita pilih, yang paling penting harus memantapkannya pada saat melakukan langkah pertama. Harus yakin dan mantapkan tekad. jangan lupa doa dan usahanya. Insyaallah Allah akan membukakan jalan bagi ummatnya yang bersungguh-sungguh...^^
ReplyDeletebetul... luruskan niat dlu ya ^^
DeleteSalam kenal Mbak Nunu....
ReplyDeleteSetelah klik sana klik sini beberapa artikel Mbak Nunu, tibalah saatnya pemilihan artikel yang paling menarik perhatian saya.
"Benang Merah Sebuah Mimpi, Dari Sepatu Dahlan Hingga Edensor"
Pas banget dengan saya yang sedang memperbarui mapping plan alias dream book saya :D
Ingin membantu menerangkan pernyataan dosen mbak terkait target impian kita. Maksudnya adalah, tetapkan target kita setinggi mungkin sehingga kita akan semakin maksimal dalam upaya mencapai target kita. Dibanding dengan target kita yang terkesan apa adanya.
(Saya ambil dari kisah nyata teman saya di kampus) Teman saya bermimpi untuk lulus dengan predikat sum-cumlaude yang berarti adalah semua nilainya harus A. Melihat target yang begitu tinggi, saya lihat dia sangat tekun belajar lebih dari teman-temannya demi mencapai nilai A. Jikalaupun dia gagal mencapai nilai A, paling tidak dia bisa meraih nilai B (melihat kesiapan akan penguasaan materi yang dia miliki). Walaupun pada akhirnya dia tidak bisa sum-cumlaude, tetapi setidaknya dia bisa mencapai predikat CUMLAUDE dan menjadi lulusan terbaik dengan IPK 3.98 (angkanya saya lupa-lupa ingat, kalau tidak salah, B hanya 1 mata kuliah).
Bandingkan dengan seseorang yang hanya mentargetkan nilai B saja atau yang penting tidak remidi. Porsi belajar sudah barang tentu berbeda dengan banyak EXCUSE :)
Walaupun pada akhirnya saya setuju dengan benang merah Mbak Nunu. Tapi, saya yakin setiap orang memiliki alasan tertentu dalam penetapan target dan mapping plan mereka ;)
Terima kasih buat penjelasanx...
DeleteIya mungkin mksd dosen sy sprt itu ya :)
Saya suka benang merahnya.. :D
ReplyDeleteTerima kasih ^^
DeleteSilakan Berikan Komentar, Saran, dan Kritik Untuk Postingan Ini, yang sopan ya ^^ dan please jangan spam