Finally, bisa ada waktu juga buat nulis lagi di blog. Akhir-akhir ini saya lebih sibuk di dunia nyata jadinya jarang OL dan ngurusin blog lagi. Dari sejak 2 minggu lalu ketika k' Niar sms menginfokan tentang lomba 8 Minggu Ngeblog Bersama Anging Mammiri, otak saya sudah penuh ide-ide tulisan yang akan dituangkan di blog tapi nulisnya ga sempat-sempat karena sudah tepar duluan setelah pulang kerja. Alhamdulillah baru minggu ketiga ini saya bisa ikut berpartisipasi. Tulisan ini diikutkan pada #8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga.
Tema minggu ketiga ini adalah "Perempuan Inspiratifku". Kalau saya ditanya siapa sosok "Perempuan Inspiratifku" sebenarnya saya punya tiga sosok wanita yang sangat saya idolakan. Yang pertama adalah Ibu Saya "Surdiana Latief", yang kedua adalah istri Pertama Rasulullah SAW "Sitti Khadijah", dan yang ketiga adalah istri Mantan Presiden RI Ketiga "Ibu Ainun Habibie".
Sosok yang kedua dan ketiga ini tentu khalayak ramai sudah sangat mengenal sepak terjang mereka. Saya mengidolakan Sitti Khadijah karena beliau adalah wanita yang paling dicintai oleh Rasulullah, wanita pertama yang masuk islam, seorang istri yang sangat solehah dan mendukung dakwah suaminya, ibu yang baik, dan seorang bussiness woman (saudagar wanita) yang handal. Begitupula dengan ibu Ainun Habibie sosoknya sebagai seorang istri yang sangat perhatian dan mendukung suaminya dalam setiap aktivitasnya sangat menginpirasi saya.
Nah, untuk Perempuan Inspiratifku yang pertama adalah ibu saya. Walaupun beliau tak sepopuler idola kedua dan ketiga, tapi Ibu tentu saja memberikan pengaruh besar dalam hidup saya. Mulai dari saya dikandungnya hingga saya dewasa seperti saat ini.
Cinta kasih dan semangat juangnya untuk membesarkan dan mendidik ketiga anaknya agar menjadi manusia yang berguna sanagat menginspirasiku. Bukan hal yang mudah menjadi seorang istri, ibu, sekaligus wanita karir. Ibu saya seorang Guru Taman Kanak-Kanak di salah satu sekolah TK di kota Makassar. Beliau seorang guru yang sangat disenangi dan diidolakan oleh anak didiknya. Bukan cuma anak-anak tapi juga orang tua murid dan rekan-rekan sejawatnya juga menyukainya.
Ibuku seorang pendongeng ulung, beliau sering memenangkan lomba-lomba mendongeng baik itu tingkat kecamatan, kota, provinsi, bahkan nasional. Kami juga anak-anaknya dibesarkan dengan dongeng. Ingatan saya masih sangat jelas, masa-masa kecil kami diisi dengan berbagai dongeng yang beliau ceritakan ketika kami akan tidur baik tidur siang ataupun tidur malam. Dalam dongeng terdapat berbagai gambaran sifat-sifat baik-buruk, kebenaran-kejahatan, kejujuran-kebohongan, berbakti-durhaka dan berbagai nasehat serta pelajaran hidup yang mudah dicerna oleh anak-anak.
Pada tahun 2007, beliau mengikuti ajang Guru berprestasi mulai dari tingkat Kota, Provinsi, sampai akhirnya lolos ke tingkat Nasional. Tentunya ini hal yang sangat membanggakan bukan hanya bagi diri ibu saya sendiri, tapi juga bagi keluarga, nama sekolah, kota Makassar, dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Ada satu hal yang membuatku sangat salut dengan ibu. Beliau tak gila dengan kedudukan. Masa kerja 30 tahun lebih membuatnya saat ini sudah sangat pantas untuk duduk sebagai seorang kepala sekolah. Tapi ibuku tak terlalu peduli dengan itu. Disaat para guru berlomba-lomba berebut jabatan bahkan menyuap untuk bisa menjadi seorang kepala sekolah, ibuku lebih suka mendedikasikan dirinya tetap menjadi seorang pendidik.
Ibuku seorang wanita yang cantik, penuh cinta dan kasih sayang kepada siapapun, senantiasa memberikan nasehat, semangat dan motivasi kepada anak-anaknya. Ibu sungguh besar kasih dan budimu kepadaku, engkau ibu yang terbaik. Saya sebagai anak kadang terlupa dan khilaf, membuatmu marah, sedih, dan kecewa. Mohon maaf jika ananda belum bisa menjadi anak yang baik. Astagfirullah.
Cinta kasih dan semangat juangnya untuk membesarkan dan mendidik ketiga anaknya agar menjadi manusia yang berguna sanagat menginspirasiku. Bukan hal yang mudah menjadi seorang istri, ibu, sekaligus wanita karir. Ibu saya seorang Guru Taman Kanak-Kanak di salah satu sekolah TK di kota Makassar. Beliau seorang guru yang sangat disenangi dan diidolakan oleh anak didiknya. Bukan cuma anak-anak tapi juga orang tua murid dan rekan-rekan sejawatnya juga menyukainya.
Ibuku seorang pendongeng ulung, beliau sering memenangkan lomba-lomba mendongeng baik itu tingkat kecamatan, kota, provinsi, bahkan nasional. Kami juga anak-anaknya dibesarkan dengan dongeng. Ingatan saya masih sangat jelas, masa-masa kecil kami diisi dengan berbagai dongeng yang beliau ceritakan ketika kami akan tidur baik tidur siang ataupun tidur malam. Dalam dongeng terdapat berbagai gambaran sifat-sifat baik-buruk, kebenaran-kejahatan, kejujuran-kebohongan, berbakti-durhaka dan berbagai nasehat serta pelajaran hidup yang mudah dicerna oleh anak-anak.
Pada tahun 2007, beliau mengikuti ajang Guru berprestasi mulai dari tingkat Kota, Provinsi, sampai akhirnya lolos ke tingkat Nasional. Tentunya ini hal yang sangat membanggakan bukan hanya bagi diri ibu saya sendiri, tapi juga bagi keluarga, nama sekolah, kota Makassar, dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Ada satu hal yang membuatku sangat salut dengan ibu. Beliau tak gila dengan kedudukan. Masa kerja 30 tahun lebih membuatnya saat ini sudah sangat pantas untuk duduk sebagai seorang kepala sekolah. Tapi ibuku tak terlalu peduli dengan itu. Disaat para guru berlomba-lomba berebut jabatan bahkan menyuap untuk bisa menjadi seorang kepala sekolah, ibuku lebih suka mendedikasikan dirinya tetap menjadi seorang pendidik.
Ibuku seorang wanita yang cantik, penuh cinta dan kasih sayang kepada siapapun, senantiasa memberikan nasehat, semangat dan motivasi kepada anak-anaknya. Ibu sungguh besar kasih dan budimu kepadaku, engkau ibu yang terbaik. Saya sebagai anak kadang terlupa dan khilaf, membuatmu marah, sedih, dan kecewa. Mohon maaf jika ananda belum bisa menjadi anak yang baik. Astagfirullah.