Awal tahun ini ada yang berbeda dengan kopdar IIDN Makassar sebelum-sebelumnya yang biasa diselenggarakan dari rumah ke rumah. Pada hari minggu, 18 Januari 2015 IIDN Makassar diberi kesempatan untuk mengadakan kopdar awal tahun di sekolahnya kak Abby Yayasan Perguruan Nasional yang berlokasi di Jalan Ratulangi. Saya tahu sekali lokasi sekolah ini soalnya tetanggaan dengan sekolah saya waktu SMP.
Tapi ada hal yang baru saya ketahui, ternyata sekolah ini adalah sekolah bersejarah termasuk salah satu sekolah paling tua di Makassar.Mau tahu sejarahnya seperti apa?
Sejarah berdirinya sekolah ini saya kutip dari status kak Abby di FB Grup IIDN Makassar :
"Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945 disambut dengan penuh kegembiraan oleh masyarakat Indonesia. Di mana-mana terdengar pekik “Merdeka” dan merah putih menghiasi persada Indonesia.
Di sebelah Utara dengan Jl. Kasuari ( di zaman Belanda belum mempunyai nama).Di sebelah Timur dengan Goa-Weg (sekarang bernama Jl. Dr. Ratulangi).Disebelah Selatan dengan Mattoanging-Weg (sekarang bernama Jl. Kakatua).Di sebelah Barat dengan Sambung Jawa-Weg (sekarang bernama Jl. Cendrawasih).
Pelajar-pelajar SMP Nasional Makassar yang gugur adalah a.l. :Lambert Supit dan Abdullah Saleh di PolongBangkeng tahun 1946.Maramis di Barombong tahun 1946.Emmy Saelan, Rauf, Akbar di Kassi-Kassi, Tidung (Gowa) tahun 1947.Kodara Sam dan Tadjuddin di Sidobundar, Jawa Tengah.Muh. Noor P dan M. Sanusi tahun 1948 di Jokjakarta.R. Wolter Monginsidi dieksekusi tanggal 5 September 1949 di Makassar.Budi Sultan di Masamba tahun 1949.Syahabuddin, di Boomstr (Jl. Seram) Makassar tanggal 5 Agustus 1950 dalam pertempuran dengan KNIL. Sebagai penghargaan, pemerintah memberi nama jalan tersebut Jl. Tentara Pelajar. Emmy Saelan dan Wolter Monginsidi kemudian ditetapkan oleh pemerintah RI sebagai Pahlawan Nasional."
Sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, tanggal 17 Agustus 1945 di Sulawesi telah dibentuk wadah organisasi gerakan perjuangan Sulawesi pada bulan April 1945 disingkat “Soedara” (Soember Darah Rakyat) dan pada tanggal 10 Agustus 1945 diberangkatkan tiga utusan Soedara ke Jakarta yaitu ; Dr. Ratulangi, Andi Pangeran Petta Rani dan Andi Sultan Daeng Raja untuk melakukan persiapan kemerdekaan Indonesia. Dr. Ratulangi diangkat menjadi Gubernur Sulawesi pada tanggal 19 Agustus 1945. Setelah beliau kembali ke Makassar otomatis segala perhatian dan harapan masyarakat Sulawesi tertuju kepada beliau.
Tanggal 24 September 1945, pasukan sekutu mendarat di Makassar di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Dougherty disertai oleh tentara NICA (Netherland Indies Civil Administration). NICA Belanda kemudian mengumpulkan mantan pelajar-pelajar sekolah menengah Jepang dalam rangka membujuk mereka masuk kembali ke sekolah Belanda. Pelajar-pelajar Jepang tersebut terdiri dari pelajar-pelajar Futsu Cugukko (Sekolah Menengah Umum) antara lain Emmy Saelan, Nini Saelan, Elly Saelan, Milly Ratulangi, Lambert Supit dll, Tokobetsu Cugukko (Sekolah Menengah Istimewa) antara lain Rajadin Anwar, Rahman Daeng Lanto, Lamuddin, Wahyu, Moh. Nur, Palangkey, Alim Bahri, Bachtiar dll, Riu Gaksei (calon mahasiswa untuk dikirim ke Jepang) mereka adalah Maulwi Saelan, Rivai Paerai dan Syamsul Ma’arif.
Para pelajar yang juga adalah pejuang kemerdekaan menolak masuk ke sekolah Belanda walaupun mendapat ancaman keras dari pimpinan NICA, Major J.Wegner.Para pelajar hampir setiap hari berkumpul di rumah Dr. Ratulangi, di situlah tercetus ide untuk mendirikan sekolah nasional sendiri. Setelah dikonsultasikan dengan para pimpinan perjuangan antara lain Dr. Ratulangi, Lanto Daeng Pasewang, Sam, Mr. Zainal Abidin, Siranamuel, Saelan, Mr. Tadjudin Nur cs, semuanya setuju. Karena kebanyakan pelajar adalah pelajar sekolah menengah pertama maka dibentuk dan didirikan Sekolah Menengah Pertama Nasional pada tanggal 8 Oktober 1945.
Pimpinan langsung oleh Dr. Ratulangi, Gubernur Sulawesi pertama, guru-gurunya adalah para pimpinan Republikein sehingga SMP Nasional dijuluki sekolah perjuangan. Gedung sekolah sementara meminjam dan menumpang pada gedung Perguruan Islam di Jl., Datu Museng, dimulai dengan SMP kelas III dengan jumlah murid sekitar 15 orang. Pada akhir tahun 1945, SMP Nasional pindah ke Jl. Ratulangi (kemudian menjadi rumah kediaman keluarga H. Andi Mattalatta). Setelah Bapak H. Andi Mattalatta meninggal dunia tanggal 16 Oktober 2004, ahli warisnya menjual rumah tersebut.
Pada tahun 1948, Sulawesi menjadi salah satu bahagian dari NIT (Negara Indonesia Timur) dan dalam tahun itu pula Perguruan Nasional diberi izin oleh DPRS (Dewan Perwakilan Rakyat Sementara) Sulawesi untuk membangun gedung sekolah. Ibu-ibu pejuang kemerdekaan, antara lain ; Ibu Weledah Maladjong Dg. Liwang (istri Malladjong Dg. Liwang yang pada waktu itu menjabat sebagai direktur SMP Nasional menggantikan Dr. Ratulangi yang ditangkap dan diasingkan ke Serui sejak tahun 1946) bersama-sama dengan Ibu Towoliou Hermanses (istri dokter Towolioe yang pada waktu itu sebagai guru, penasihat yang mensupport obat-obatan dan makanan siang malam bagi siswa-siswa pejuang) mengadakan pasar malam (semacam bazar) untuk mencari dana.
Pada waktu itu terkumpullah uang sebanyak Rp 65.000,- (nilai yang cukup lumayan pada waktu itu) dan di atas tanah seluas 2700 m2 di Jl. Dr. Ratulangi No. 84 (dahulu namanya Gowa-Weg) didirikanlah satu gedung SMP Nasional, yang menjadi sekolah republik pertama di Indonesia, Tahun 1949. Perguruan Nasional secara keseluruhan pindah dari depan PAM ke lokasi baru Jl. Dr. Ratulangi No. 84 Makassar sampai sekarang.
Tanah yang ditempati Perguruan Nasional Makassar adalah tanah negara (pemerintah Belanda) dan merupakan sebahagian dari tanah yang ditempati Stadion Mattoangin dan sarana-sarana olahraga yang berada di dalamnya.
Di dalam buku H.A. Mattalatta tentang asal usul tanah/kompleks sarana olah raga yang berbatas :Lokasi tersebut merupakan tanah negara (Pemerintah Belanda) yang dipajakkan (huurpacht) untuk jangka waktu tujuh puluh tahun seluas 20 Ha kepada satu perusahaan peternakan dan pemerasan susu Belanda yang bernama ; Boerdery & Melkery Frision, atas nama Zwanziger, orang Jerman yang berwarga negara Belanda, dari tahun 1935. Di atas tanah ini pula pemerintah Belanda mendirikan satu stasion radio yang salah satu landasan tiang antenenya masih berada di depan gedung olah raga Mattoanging sekarang ini.
Bila perhitungan secara normal, perpajakan (huurpacht) itu akan berakhir pada tahun 2005. Akan tetapi sejarah berbicara lain, karena pada tahun 1942 datang Jepang, Belanda diusir dan pulang ke negerinya, meninggalkan peternakan dan pemerasan susu Frisiannya, dan pengelolaan selanjutnya diambil alih oleh Jepang. Pada tahun 1945, bersamaan dengan Proklamasi Kemerdekaan, NICA mengambil alih kekuasaan di Makassar dari tangan Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, tanah peternakan dan pemerasan susu Frisian seluas 20 Ha yang terlantar menjadi rebutan dari penyerobot-penyerobot, utamanya di bahagian-bahagian pinggir sekitar Jl. Dr. Ratulangi, Jl. Kakatua, Jl. Cendrawasih dan Jl. Kasuari. Mereka membagi-bagi tanah dan mendirikan rumah-rumah gubuk, ada pula yang membangun rumah-rumah semi permanen dan kemudian selanjutnya “mensertifikatkan” tanah yang ditempatinya atas nama sendiri.
Dalam rencana penyelenggaraan PON IV di Makassar tahun 1957, sarana-sarana olah raga harus dibangun sebagai pesiapan penyelenggaraan PON IV tersebut, maka pada tahun 1952 Pemerintah Daerah Kota Makassar bersama Pengurus Yayasan Stadion Mattoanging, setelah meninjau lokasi tersebut, memutuskan bahwa lokasi tempat Boerdery & Melkery Frisian cocok untuk dibangun stadion. Akan tetapi pada kenyataannya lokasi ini sudah penuh dengan penyerobot-penyerobot, di antaranya terdapat pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia yang mendirikan rumah-rumah gubuk dan ada pula yang lebih pintar dengan mendirikan rumah semi permanen dan mempertahankan dengan sengit tanah-tanah yang mereka sudah tempati.
Setelah 4 (empat) tahun kemudian, yaitu pada tahun 1956 tanah seluas 20 Ha itu barulah dapat dibebaskan oleh Bapak H.A. Mattalatta yang pada waktu itu menjabat sebagai Wakil Panglima/Komandan Basis Komando Daerah Pertempuran Sulawesi Selatan Tenggara (KDPSST), dan membeli rumah batu di pinggir Jl. Sambung Jawa-Weg (sekarang Jl. Cendrawasih) yang dijadikan satu pos keamanan, sehingga kompleks sarana olah raga Mattoanging aman/bebas dari serobotan.Sebagai sekolah perjuangan, Perguruan Nasional telah melahirkan pejuang-pejuang bangsa dan negara yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mempertahankan kemerdekaan.
Pelajar SMP Nasional Makassar yang mempunyai motto : “ Belajar dan berjuang mempertahankan Negara RI ”, sebahagian berjuang di Sulawesi Selatan bergabung dengan Lipan Bajeng yang bermarkas di Polongbangkeng, membentuk pasukan khusus, namanya Harimau Indonesia (HI) dan sebahagian ke Pulau Jawa bergabung dengan tentara-tentara pelajar di beberapa tempat di Jawa.
Oke.... kembali ke kopdar IIDN Makassar.
Kopdar kali ini lumayanlah yang hadir, setidaknya tidak sepi-sepi amat. Ada kak Mugniar, Ida Basarang, Mardiyah, Aisyah, Aida, saya sendiri, dan tentunya sang tuan rumah Kak Abby.
Bertempat di ruang Kepala Sekolah Yayasan Perguruan Nasional kami membahas agenda IIDN Makassar selama 2015. Salah satu hasil diskusi kami, dilanjutkannya kembali proyek antologi IIDN Makassar yang sudah tertunda sejak tahun 2012 lalu. Selain itu kami bahas kopdar selanjutnya dimana? terus cerita-cerita tentang sekolahnya kak Abby...
Di sekolah ini tersedia hotspot wi-fi, asyikkk... bisa blog on the spot. Tapi ujung-ujungnya saya ga ngeblog tapi facebook on the spot :D
Saya juga baru tahu kalau di kompleks sekolahan ini ada 4 sekolah didalamnya : SD, SMP, SMA, dan SMK (komplit ya...)
Selain itu ternyata SMA Nasional punya banyak prestasi, antara lain :
Prestasi SMA Nasional yang telah diraihnya dalam berbagai kompetisi sepanjang periode 2011 s/d Sekarang
1. Juara Harapan 3 dalam lomba karya tulis ilmiah (KTI) Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh
Universitas Hasanuddin. Judul KTI “Peningkatan Kesadaran Bela Negara pada Masyarakat Pesisir.
2. Juara 3 dalam lomba Acconting Fair tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang di selenggarakan oleh STIMIK Profesional Makassar
3. Juara 3 dalam lomba baca berita Radio dan Televisi tingkat Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat yang diselengggarakan oleh Universitas Islam Negeri Makassar (UIN)
4. Juara 2 dalam lomba pidato bahasa inggris tingkat Kota Makassar yang di selenggarakan oleh Universitas Islam Negeri Makassar
5. Juara 1 dalam lomba karya tulis ilmiah (KTI) se Kota Makassar yang bekerjasama dengan Badan Kearsipan Nasional. Judul “ Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Melalui Perpustakaan Halte di Kota Makassar 2011
6. Juara 3 dalam lomba teater remaja se Kota Makassar yang di selenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Makassar.
7. Juara 1 Lomba KTI Minat Baca Perpustakaan Pemkot Makassar 2012
8. Juara 1 Lomba Karya Tulis Yamaha, Makassar 2012
9. Juara 2 dalam lomba Fun Rise Competition se-Kota Makassar yang di selenggarakan oleh Pocary Sweat
10. Juara 2 dalam lomba Essay Olimpiade Pendidikan se-Sulawesi Selatan yang di selenggarakan oleh Universitas Negeri Makassar (UNM).
11. Juara 1 dalam lomba pidato Bahasa Indonesia se-Kota Makassar yang di selenggarakan oleh Universitas Islam Negeri Makassar (UIN).
12. Juara 1 dalam lomba karya tulis ilmiah (KTI) tingkat provinsi Sulawesi Selatan yang di selenggarakan oleh Astra Internasional. Judul “ Meningkatkan Peran Serta Remaja dalam Upaya Pelestarian Lingkungan sebagai Solusi Menanggulangi Polusi Udara Akibat Kendaraan Bermotor di Kota Makassar” 2012
13. National Camp AHMBS 2012, Jakarta
14. Juara II dalam lomba teater Remaja se-Kota Makassar di selenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Makassar
15. The best Futsal Player dalam lomba Futsal se-Kota Makassar yang di selenggarakan oleh Harian Fajar.
16. Juara 1 AHMBS 2011 Tingkat Makassa-Gowa
17. National Camp AHMBS, Jakarta 2011
18. Juara 1 Lomba KTI Zero HIV & NAPZA UKM MAPHAN UNM 2013, Sulselbar
19. Juara 3 AHMBS 2014
20. Juara 1 Lomba KTI HIMETRO ATIM 2014, Sulsel
21. Juara 2 Lomba KTI HIMETRO ATIM 2014, Sulsel
22. Harapan 2 Lomba KTI PIKIR LKIM PENA Unismuh Makassar 2014, Sulselbar
23. Juara 2 Lomba Mading Manajemen Fest UNM 2014
DAN LAIN-LAIN……….
Wahhh.... hebat ya!!!
Sayangnya saya tidak bisa berlama-lama ikutan kopdar (teman-teman yang lain masih pada tinggal untuk blog on the spot). Hari itu saya memang lagi kurang sehat "demam". Sampai di rumah langsung tepar "demam makin tinggi".
.