[Review] Film Uang Panai Maha(R)L, Fenomena Sosial yang Diangkat Ke Layar Lebar
Film Uang Panai - Uang Panai atau Doe' Panai (dalam bahasa Makassar) atau Doe' Paenre' (dalam bahasa Bugis) jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti uang naik adalah sejumlah uang yang diberikan kepada calon mempelai wanita yang digunakan untuk keperluan mengadakan pesta pernikahan dan belanja pernikahan lainnya. Uang Panai belum termasuk mahar loh. Uang Panai termasuk uang adat yang terbilang wajib dengan jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak atau keluarga.
Uang panai kini menjadi momok tersendiri bagi lelaki Bugis-Makassar yang ingin menikahi gadis pujaannya yang bersuku sama. Mengapa? Karena makin hari nominal uang panai semakin tinggi, puluhan juta, ratusan juta, bahkan milyaran (hehehe.. mungkin karena pengaruh inflasi dan tingginya harga kebutuhan bahan pokok).
Uang panai ini standarnya semakin tinggi jika gadis tersebut memiliki kriteria sebagai berikut :
Fenomena sosial ini menghampiri hampir seluruh keluarga keturunan Bugis-Makassar, Uang Panai adalah tradisi dan adat yang agak sulit untuk dikompromikan. Termasuk keluarga saya tentunya. Jadi ingat ketika adik laki-laki saya akan menikah, bagaimana pontang-pantingnya adik dan orang tua saya mengumpulkan uang panai.
Berangkat dari fenomena tersebut sineas muda Makassar mencoba mengangkatnya ke layar lebar. Bergenre drama komedi yang mengocok perut dari awal hingga akhir film, pantas saja di Makassar film ini booming banget, semua studio dipadati oleh antrian penonton sejak rilis tanggal 25 Agustus 2016. Bahkan kini menjadi box office dengan jumlah penonton menembus angka 250 ribu.
Penasaran dengan kisahnya?
Berikut review filmnya :
Judul Film : Uang Panai Maha(R)L
Pemain : Ikram Noer, Tumming, Abu, Nur Fadillah, Cahya Ary Nagara
Sutradara : Asril Sani, Halim Gani Safia
Produser : Amril Nuryan, Andi Syahwal Mattuju
Skenario : Amril Nuryan, Halim Gani Safia
Ringkasan :
Berawal dari kembalinya Anca (Ikram Noer) dari perantauan, secara tidak sengaja Anca menolong seorang gadis yang di copet, ternyata gadis yang ditolong tersebut adalah mantan pacarnya Risna (Nur Fadillah). Lama tak bertemu, cinta kembali bersemi diantara mereka berdua. Karena tak ingin kehilangan Risna lagi, Anca berniat mempersunting Risna. Sayang, niat baik Anca tak berjalan mulus. Risna yang berasal dari keluarga berada dan terpandang meminta syarat nominal uang panai yang terbilang fantastis di mata keluarga Anca yang berasal dari kelas ekonomi pas-pasan. Tipikal pemuda Bugis-Makassar yang pantang menyerah, Anca pun berjuang dan bekerja keras untuk mengumpulkan uang panai. Dia dibantu oleh kedua sahabatnya yang sering memberikan ide kocak.
Konflik pun dimulai, diantara hubungan mereka hadir seorang lelaki bernama Farhan (Cahya Ary Nagara) sahabat kecil Risna yang baru pulang dari luar negeri dan ayah Farhan adalah sahabat ayah Risna. Ayah Farhan ingin menjodohkan Farhan dan Risna. Anca pun mulai galau.
Keluarga Risna tidak ingin mengulur waktu lebih lama lagi, sementara Anca masih membutuhkan waktu untuk mengumpulkan uang panai'. Harga diri Anca sebagai putra Bugis-Makassar dipertaruhkan. Anca bertambah galau lagi ketika Risna mengajak Silariang atau kawin lari.
Mampukah Anca mengumpulkan uang panai?
Akankah Anca menyerah mendapatkan gadis pujannya?
Sanggupkah Anca membuktikan kehormatannya sebagai putra Bugis-Makassar?
-----------------------
Penasaran kan??????
Nonton deh, dijamin tertawa terpingkal-pingkal dari awal film hingga akhir. Kehadiran Tumming dan Abu di film ini menjadikan film ini lebih kocak. Benar-benar Makassar banget, mulai dari produser hingga artis lokal, lokasi dan setting juga di kota Makassar, mengangkat budaya lokal suku Bugis-Makassar, bahasa yang digunakan pun menggunakan logat Makassar (Tenang ada terjemahannya kok dari awal film hingga akhir, jadi suku lain juga bisa nonton). Film yang berkualitas, syarat akan budaya dan makna.
Sebagai orang Makassar saya BANGGA SEKALI. MAKASSAR BISA TONJI!!!!!!
Ayokkk.... Mari ki rame-rame ke bioskop nonton Uang Panai, film ini hadir di 15 kota termasuk Jakarta (XXI Blok M Square dan XXI Sunter)
Uang panai kini menjadi momok tersendiri bagi lelaki Bugis-Makassar yang ingin menikahi gadis pujaannya yang bersuku sama. Mengapa? Karena makin hari nominal uang panai semakin tinggi, puluhan juta, ratusan juta, bahkan milyaran (hehehe.. mungkin karena pengaruh inflasi dan tingginya harga kebutuhan bahan pokok).
Uang panai ini standarnya semakin tinggi jika gadis tersebut memiliki kriteria sebagai berikut :
- Strata sosial yang tinggi (Andi, Petta, Puang, Karaeng)
- Berasal dari golongan darah biru
- Berpendidikan tinggi (S1, S2, S3, dst)
- Cantik
- Anak tunggal
- Berasal dari keluarga berada dan terpandang
- Memiliki pekerjaan tetap (PNS, dokter, guru, dll)
- Hajjah
Fenomena sosial ini menghampiri hampir seluruh keluarga keturunan Bugis-Makassar, Uang Panai adalah tradisi dan adat yang agak sulit untuk dikompromikan. Termasuk keluarga saya tentunya. Jadi ingat ketika adik laki-laki saya akan menikah, bagaimana pontang-pantingnya adik dan orang tua saya mengumpulkan uang panai.
Berangkat dari fenomena tersebut sineas muda Makassar mencoba mengangkatnya ke layar lebar. Bergenre drama komedi yang mengocok perut dari awal hingga akhir film, pantas saja di Makassar film ini booming banget, semua studio dipadati oleh antrian penonton sejak rilis tanggal 25 Agustus 2016. Bahkan kini menjadi box office dengan jumlah penonton menembus angka 250 ribu.
Penasaran dengan kisahnya?
Berikut review filmnya :
Judul Film : Uang Panai Maha(R)L
Pemain : Ikram Noer, Tumming, Abu, Nur Fadillah, Cahya Ary Nagara
Sutradara : Asril Sani, Halim Gani Safia
Produser : Amril Nuryan, Andi Syahwal Mattuju
Skenario : Amril Nuryan, Halim Gani Safia
Ringkasan :
Berawal dari kembalinya Anca (Ikram Noer) dari perantauan, secara tidak sengaja Anca menolong seorang gadis yang di copet, ternyata gadis yang ditolong tersebut adalah mantan pacarnya Risna (Nur Fadillah). Lama tak bertemu, cinta kembali bersemi diantara mereka berdua. Karena tak ingin kehilangan Risna lagi, Anca berniat mempersunting Risna. Sayang, niat baik Anca tak berjalan mulus. Risna yang berasal dari keluarga berada dan terpandang meminta syarat nominal uang panai yang terbilang fantastis di mata keluarga Anca yang berasal dari kelas ekonomi pas-pasan. Tipikal pemuda Bugis-Makassar yang pantang menyerah, Anca pun berjuang dan bekerja keras untuk mengumpulkan uang panai. Dia dibantu oleh kedua sahabatnya yang sering memberikan ide kocak.
Konflik pun dimulai, diantara hubungan mereka hadir seorang lelaki bernama Farhan (Cahya Ary Nagara) sahabat kecil Risna yang baru pulang dari luar negeri dan ayah Farhan adalah sahabat ayah Risna. Ayah Farhan ingin menjodohkan Farhan dan Risna. Anca pun mulai galau.
Keluarga Risna tidak ingin mengulur waktu lebih lama lagi, sementara Anca masih membutuhkan waktu untuk mengumpulkan uang panai'. Harga diri Anca sebagai putra Bugis-Makassar dipertaruhkan. Anca bertambah galau lagi ketika Risna mengajak Silariang atau kawin lari.
Mampukah Anca mengumpulkan uang panai?
Akankah Anca menyerah mendapatkan gadis pujannya?
Sanggupkah Anca membuktikan kehormatannya sebagai putra Bugis-Makassar?
-----------------------
Penasaran kan??????
Nonton deh, dijamin tertawa terpingkal-pingkal dari awal film hingga akhir. Kehadiran Tumming dan Abu di film ini menjadikan film ini lebih kocak. Benar-benar Makassar banget, mulai dari produser hingga artis lokal, lokasi dan setting juga di kota Makassar, mengangkat budaya lokal suku Bugis-Makassar, bahasa yang digunakan pun menggunakan logat Makassar (Tenang ada terjemahannya kok dari awal film hingga akhir, jadi suku lain juga bisa nonton). Film yang berkualitas, syarat akan budaya dan makna.
Sebagai orang Makassar saya BANGGA SEKALI. MAKASSAR BISA TONJI!!!!!!
Ayokkk.... Mari ki rame-rame ke bioskop nonton Uang Panai, film ini hadir di 15 kota termasuk Jakarta (XXI Blok M Square dan XXI Sunter)
20 comments
Tim Blok M atau Sunter, nonton Uang Panai-nya? :D
ReplyDeleteiya mbak
DeleteFilmnya sampai kota Jogja nggak, ya. Penasaran!
ReplyDeletesepertinya ada mbak
DeleteDi jakarta hanya ada didua lokasi itu?
ReplyDeleteiya cm 2 lokasi
Deletepengen banget nonton film ini :(
ReplyDeleteayo nonton mbak
DeleteAdek saya pernah kerja di Makassar dan ada rekannya cewek yang belum menikah karena masalah uang panai.
ReplyDeleteBerbeda banget dengan daerah saya, asal bisa bayar penghulu dan kasih Mas kawin udah beres. :)
Penasaran sama filmnya :)
hehe... iya d mks mmg agak ribet nikahnya
Deletewah...menarik mbak. ngangkat fenomena sosial, jadi kritik sosial. keren!
ReplyDeletesemoga banyak yang tergugah dan uang panai ga lagi mahal.
iya betul... smoga nnt bs dipermudah ya mbak
DeleteJadi penasaran filmnya. Ini katanya komedi y mbk? Apakah pesannya sampai meski bergenre komedi?
ReplyDeleteyuppsss.. pesannya nyampe
Deletewahhhh baca reviewnya aja keren,... pengen nonton.... ada link untuk dowload kah..
ReplyDeletehaha link dloadnya sy kurang tau :D
DeleteNah ini dia... menikah modal besar, pacaran cuma modal makan malam di tempat-tempat remang-remang sudah dapat yang asik-asik hahaha... Itu yang bikin orang malas nikah tapi doyan banger pacaran. Saya pernah mengalami ini, bukan pada diri saya sih, tapi saudara saya yang harus membayar uang mahar yang mahal kepada seorang gadis lulusan strata 1. Untungnya budaya seperti ini cuma berlaku di beberapa daerah saja ya. Dan untungnya lagi di daerah saya gak berlaku yang seperti ini. Semoga saja pesan dari film ini bisa sampai ke masyarakat luas. Pengen ikutan nonton tapi disini gak ditayangkan di bioskop.
ReplyDeleteYupss.. semoga nnt filmnya d putar d layar kaca
DeleteSeru banget nih filmnya
ReplyDeletebangetttt :D
DeleteSilakan Berikan Komentar, Saran, dan Kritik Untuk Postingan Ini, yang sopan ya ^^ dan please jangan spam